Perjumpaan Del Piero dengan Juventus
di-makcomblangi oleh Giampiero Boniperti. Pertama kali tiba di Turin,
Del Piero yang saat itu masih berusia 19 tahun langsung dibawa menuju
Trophy Room Juventus. Di dalam ruangan yang berisi puluhan piala yang
sudah dimenangkan Juve tersebut sang Presiden berkata “Lihat betapa banyak piala yang sudah dimenangkan klub ini. Ku harap Engkau dapat memenangkan lebih banyak lagi”
ujar Boniperti. Del Piero muda bermodalkan kalimat ini pun langsung
menggenapi takdir nya, melakoni 700+ laga dan memenangkan puluhan piala
bagi kebesaran nama Juventus.
Perjalanan 700+ laga Del Piero ini
tidaklah mudah. Dalam beberapa artikel ini akan coba kami ceritakan
musim demi musim perjalanan karir Del Piero bersama Juventus. Semoga
anda tidak bosan.
Musim
1993 – 1994 Ini adalah musim pertama Del Piero. Layaknya pemuda yang
baru berusia 19 tahun, Del Piero harus memulai karirnya dari tingkat
Primavera yang saat itu diarsiteki oleh Antonello Cuccureddu. Dasar
pemain berbakat, di musim pertamanya dengan Primavera Del Piero
langsung mempersembahkan Piala Viareggio (Kompetisi Tertua untuk
Primavera). Del Piero sendiri mencetak gol kemanangan 3-2 atas
Fiorentina di partai Final melalu titik putih. Gelar Viareggio ini
sendiri merupakan gelar juara kedua dalam sejarah Juventus. Tidak hanya
itu, Del Piero juga langsung mempersembahkan gelar scudetto-primavera
bagi Juventus Primavera pada musim ini. Gelar ini diperoleh usai
mengalahkan Torino pada laga final dan lagi-lagi Del Piero mencetak gol
menentukan.
Di tingkat senior Juventus tidak meraih
gelar apapun musim ini. Namun demikian Del Piero melakoni 14
pertandingan dan mencetak 5 gol. Debut Ale dilakoni pada tgl 12 sept
1993 kala menggantikan Ravanelli di menit ke 74 menghadapi Foggia. Tujuh
hari kemudian Del Piero mencetak gol perdananya bagi Juventus saat
menghadapi Reggina yang bertepatan dengan wedding anniversary kedua orang tuanya.
Gaji pertama Del Piero sebagai pemain
Juventus digunakannya untuk membeli mobil Lancia Delta Integrale
berwarna biru yang kemudian akan dikendarainya selama sepuluh tahun ke
depan.
Pada musim kedua Del Piero yaitu musim 1994 – 1995 perubahan besar terjadi dalam hidup Del Piero. Saat itu Juventus sudah puasa scudetto selama 9 musim. Kepemimpinan Boniperti digantikan oleh Triade (Moggi, Giraudo & Bettega) dan pelatih Giovani Trapattoni diganti dengan Marcello Lippi. Del Piero sendiri dipromosikan dari Primavera ke dalam tim senior dan menjadi penyerang ke empat dibawah Roberto Baggio, Ravanelli dan Gianluca Vialli. Musim ini Lippi memainkan formasi 4-3-3 dan dengan sering cederanya Roberto baggio kesempatan unjuk gigi bagi Del Piero terbuka lebar. Sepanjang musim ini Ale bermain sebanyak 50 pertandingan dan mencetak 11 gol di semua ajang. Di musim perdananya sebagai pemain senior, Del Piero langsung menyumbangkan Scudetto ke 23 bagi Juventus. Tidak hanya itu gelar Coppa Italia juga berhasil diraih setelah mengalahkan Parma di partai final. Sayangnya gelar ketiga dalam musim itu yaitu UEFA Cup (yang sekarang dikenal dengan Europa League) gagal diraih setelah dikalahkan Parma di partai Final.
Meski
gagal melengkapi Treble musim ini, Del Piero mengatakan bahwa musim ini
bersama dengan rekan-rekan satu timnya mereka belajar untuk menang,
menang dan menang. Del Piero mulai mendapat perhatian dari
media dan menandatangani kontrak dengan sponsor pertamanya tahun ini.
Dalam sebuah wawancara Del Piero mengatakan “Semua ini berlangsung
terlalu cepat, tapi Saya menikmatinya dan tidak ingin berhenti sampai di
sini saja.” Pada akhir musim Baggio pindah ke Milan dan semua perhatian
tertuju kepada Del Piero yang saat itu baru berusia 21 tahun. Salah
satu penyesalan terbesar Del Piero adalah tidak dapat bermain lebih lama
dengan Baggio. Del Piero berpendapat bahwa Baggio adalah seorang mentor
yang baik serta seorang juara sejati. Namun Ale bangga ditunjuk sebagai
penerus seragam kebesaran Juventus dengan nomor 10. Nomor yang dianggap
sempurna.
Pada musim 1995 – 1996 adalah musim
pertama mulai dicantumkannya nama pemain pada jersey. Del Piero -10-
terlihat begitu sempurna. Satu-satunya yang dapat menggantkan seragam
ini adalah seragam Azzuri, ujar Ale. Musim ini bisa dikatakan adalah
musim ter-sukses selama karir Del Piero di Juventus. Selain memenangkan
piala Super Coppa Italy pada bulan januari 1996 setelah mengalahkan
Parma 1-0, Juventus juga berhasil memenangkan Piala Champions (yang
sekarang dikenal sebagai UEFA Champions League). Juara Eropa setelah 11
tahun (era Platini) ini diraih usai mengalahkan Ajax pada partai final
di Stadion Olympico Roma. Del Piero sendiri bermain sebanyak 43
pertandingan dan mencetak 11 gol di semua ajang musim ini. Debut Ale di
Timnas Italia juga dilakukan pada musim ini.
Musim berikutnya 1996-1997 yang menjadi
musim ke empat Del Piero di Juventus kembali terjadi beberapa perubahan
dalam hidup Ale. Partner di lini depan kembali harus diganti. Manajemen
memutuskan untuk melepas Vialli ke Chelsea dan Ravanelli ke
Middlesbrough kemudian mendatangkan Zidane, Boksic, Vieri dan Amoruso
untuk mendampingi Del Piero di lini depan. Hasilnya tidak buruk, Del
Piero dkk berhasil memenangkan UEFA Super Cup pada bulan Januari 97
dengan mengalahkan PSG (agregat 9-2), Scudetto ke 24 bagi Juventus dan
yang terasa sangat special bagi Del Piero adalah Intercontinental Cup
(Toyota Cup) pada bulan November 1996 di Tokyo. Del Piero mencetak
satu-satunya gol kemenangan atas River Plate dalam pertandingan tersebut
dan dianugrahi gelar MVP.
Yang disesalkan adalah Del Piero dkk gagal
mengulang kejayaan di Champions Cup setelah di laga final kalah 3-1 dari
Borussia Dortmund. Dalam musim ini Del Piero bermain sebanyak 35
pertandingan dan mencetak 15 gol di semua ajang. Di musim ini pula Ale
dikenakan wajib militer selama 10 bulan, namun tugasnya hanyalah bermain
sepakbola yang mana sudah merupakan profesi bagi Del Piero.
Musim 1997-1998 Del Piero kembali harus
beradaptasi dengan tandem baru di lini depan. Kali ini yang didatangkan
adalah Filippo Inzaghi dari Atalanta menyusul hengkangnya Cristian Vieri
ke Atletico Madrid. Beruntung Del Piero adalah pemain yang sangat mudah
beradaptasi dengan siapapun. Duetnya dengan Inzaghi kemudian terbukti
menjadi salah satu yang paling ditakuti di Serie A maupun di Eropa.
Musim ini Del Piero dianugrahi gelar Best Italian Player dan
menjadi Top Scorer bagi Juventus dengan torehan 32 gol dalam 47
pertandingan di semua ajang. Berkat torehan gol yang luar biasa ini, Del
Piero berhasil mengantarkan Juventus untuk kembali meraih Scudetto
& Super coppa italia. Sayangnya dalam partai final ketiga secara
beruntun di ajang Piala Champions Juventus harus kembali tersungkur,
kali ini di tangan Real Madrid.
Satu
hari sebelum ulang tahun Del Piero ke 24, tepatnya pada tanggal 8
november 1998. Saat itu Juventus sedang memimpin di klasemen sementara
dan dalam posisi unggul 1-2 atas Udinese di friulli. Menjelang akhir
pertandingan Del Piero mengejar bola di kotak penalty Udinese
berbenturan dengan salah satu bek. Sontak Del Piero terbaring kesakitan
sambil memegangi lutut kirinya. Setelah ditandu keluar lapangan, Udinese
berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke 90 dan capolista diambil
alih oleh Fiorentina. Diagnosa lebih lanjut menyatakan bahwa lutut Del
Piero mengalami cedera ACL dan harus absen sepanjang musim 98/99.
Juventus yang begitu kehilangan sosok ADP pada musim ini akhirnya harus
puas finish di posisi ke 7 dimana Marcello Lippi harus digantikan oleh
Carlo Ancelotti pada februari 1999.
Masa sulit bagi Del Piero adalah saat
menjalani masa pemulihan dari cedera parah tersebut. Beruntung pada
tahun 1999 ini Ale bertemu dengan Sonia Amoroso, wanita cantik yang
kemudian dinikahi Ale pada tahun 2005 ini lah yang selalu membantu Ale
melewati masa-masa sulit. Dalam situs resminya Ale mengatakan bahwa
cedera panjang ini telah membuat dirinya lebih baik lagi, baik sebagai
seorang pe-sepakbola profesional maupun dalam menjalani kehidupan.
Sekembalinya dari cedera musim
berikutnya, Del Piero bermain di total 45 pertandingan dan mencetak 12
gol. Penampilan Ale musim ini belum pulih seperti sediakala, 8 dari 9
gol Ale di Serie A saat itu dicetaknya dari titik putih. Meski demikian
Ale hampir membawa Juventus memenangkan scudetto jika saja tidak harus
bermain di lapangan yang tergenang air menghadapi Perugia. Sama halnya
dengan musim 2000/01 di mana Ale hanya mampu menyumbangkan 9 gol di
Serie A, Juventus kembali harus puas finish di posisi runner up. Saat
itu banyak yang menganggap Del Piero sudah habis, semua ragu Ale dapat
kembali ke performa sebelum cedera. Apalagi saat final EURO2000 Ale
gagal memanfaatkan peluang emas kala berhadapan dengan Fabian Barthez
hingga akhirnya Italia harus merelakan gelar juara Eropa tahun 2000
kepada Perancis. Tekanan atau lebih tepatnya keraguan terhadap Del Piero
begitu besar apalagi pada tahun 2000 Del Piero dinobatkan sebagai
pemain sepakbola dengan pendapatan paling tinggi (gaji, bonus &
iklan).
Musim
2001/02 Ale harus rela melepas salah satu sahabat karibnya ke Real
Madrid. Namun sebagai gantinya Ale mendapatkan rekan-rekan satu tim yang
akan sangat membantu perjalanan karirnya di era 2000-an. Sebut saja
Pavel Nedved & Gianluigi Buffon yang bersama dengan Del Piero
berhasil mengantarkan Juventus merengkuh scudetto musim itu. Ale sendiri
bermain di 46 pertandingan dan mencetak 21 gol di semua ajang. Ada
kisah menarik dari Del Piero pada musim ini. Tepatnya februari 2001 Ale
harus melepas kepergian Sang Ayah untuk selama-lamanya. Hanya 4 hari
berselang (17 Feb 2001) usai pemakaman Sang Ayah, Ale ikut dalam tim
yang bertandang ke kandang Bari. Saat itu kedua kiper bermain dengan
luar biasa, tidak ada gol yang tercipta hingga menit ke 63′ Carlo
Ancelotti menarik Kovacevic dan memasukkan Del Piero. Hasilnya Del Piero
berhasil mencetak satu-satunya gol kemenangan Juve pada menit ke 80′.
Ale begitu emosional merayakan gol ini hingga menangis dan
mempersembahkan gol ini untuk sang ayah.
Di musim berikutnya Ale bermain sebanyak
38 pertandingan dan mencetak 23 gol di semua ajang, Del Piero bahkan
membawa Juventus berlaga di partai Final Liga Champions. Namun sayangnya
Juventus harus kalah adu penalty atas AC Milan. Di kancah Serie A
sendiri Ale berhasil membawa Juve memenangkan scudetto yang sangat
special yang disebut Del Piero sebagai Scudetto for Avvocato. Musim ini
Del Piero kembali harus kehilangan tokoh penting dalam hidupnya. Adalah
Gianni Agnelli tokoh legendaris yang empunya Juve, yang memberikan
julukan Il Pinturicchio kepada Del Piero wafat pada tanggal 24 januari
2003. Del Piero mengaku sangat terpukul karena beberapa hari sebelumnya
Gianni Agnelli sempat menghubungi Ale via telepon. Dalam pembicaraan
rutin tersebut Gianni seperti biasa bertanya “Ale, apakah kau sudah
bangun?” jika biasanya Ale menjawab “sudah”, hari itu Ale memberanikan
diri menjawab “saya sedang tidur tadi”. Dengan tenang Gianni Agnelli
kemudian berkata “Baiklah, sudah saatnya bangun dan segera berlatih”.
Sepanjang karirnya Del Piero memang terkenal sangat dekat dengan Gianni
Agnelli. Dua hari setelah pemakaman Avvocatto, Del Piero berhasil
mencetak salah satu gol terindah dalam karirnya. Menerima crossing dari
Zambrotta, Ale langsung melakukan tendangan volly dengan menggunakan
tumitnya. Tentu saja gol ini dipersembahkan kepada Gianni Agnelli.
Musim berikutnya 2003/04 Ale hanya
berhasil membawa Juventus finish di posisi ketiga dan harus tersingkir
di babak 16 besar Liga Champions. Dalam musim ini Ale bermain di 31 laga
dan hanya mampu mencetak 14 gol. Di akhir musim Marcello Lippi tidak
diperpanjang kontraknya di Juventus dan hijrah menukangi Azzuri.
Sementara pos pelatih Juventus dipercayakan oleh Umberto Agnelli kepada
Fabio Capello.
Fabio Capello dikenal sebagai pelatih
bertangan besi. Del Piero adalah salah satu korban dimana saat itu
Capello lebih percaya dengan kemampuan Ibrahimovic hingga Ale lebih
banyak duduk di bangku cadangan. Meski demikian Ale tetap berhasil
menyumbangkan 14 gol di Serie A dan sebuah assist indah via tendangan
salto kepada Trezeguet dimana saat itu Juve menang 0-1 atas Milan dan
memupus harapan tim asuhan Carlo Ancelotti ini dalam persaingan meraih
scudetto. Juventus berhasil meraih scudetto ke 28 musim ini namun
perjalanan di Liga Champions hanya sampai perempat final.
Beberapa
hari usai merayakan keberhasilan meraih scudetto ke 28 Juventus,
tepatnya tanggal 12 juni 2005 Del Piero menikahi Sonia Amoroso di sebuah
Gereja kecil di kota Turin. Del Piero dan Sonia memutuskan untuk
menggelar pernikahan yang privat, total undangan yang hadir hanya 20
orang yang terdiri dari keluarga & sahabat karib. Ini mencerminkan
betapa sederhananya sosok Il Capitano Alessandro Del Piero, jauh dari
hingar bingar seorang selebriti papan atas. Bisa dimaklumi memang, Del
Piero lahir di keluarga sederhana. Cita-cita Ale saat kecil adalah
menjadi seorang pengemudi truk. Alasannya sederhana, dengan menjadi
supir truk Ale akan dapat berjalan-jalan mengitari berbagai belahan
dunia. Takdir kemudian berkata lain, Ale kini dapat kelling dunia dengan
status pemain legendaris di salah satu klub sepakbola terbaik di dunia.
Del Piero memasuki musim 05/06 dengan
semangat baru usai berbulan madu dan prospek untuk membela Azzuri di
Piala Dunia 2006. Total Ale bermain 45 pertandingan dan mencetak 20 gol
di semua ajang. Di musim ini lah Ale mulai melakukan selebrasi gol
sambil menjulurkan lidah. Dalam situs resminya, Ale sendiri tidak tahu
mengapa Ia memilih selebrasi ini. Yang jelas ini adalah salah satu cara
Ale mengekspresikan kegembiraan. Ritual menjulurkan lidah ini menjadi
trademark saat Juventus memenangkan scudetto ke 29 nya atau yang ke 7
bagi Del Piero pribadi. Sayangnya di Liga Champions kembali Ale dkk
harus kandas di babak perempat final, kali ini oleh Arsenal.
Berbekal
prestasi cemerlang di Serie A, Ale ikut berangkat ke Jerman bersama tim
Azzuri yang diarsiteki oleh Marcelo Lippi. Del Piero memang hanya
mencetak satu gol dalam kompetisi ini, yaitu saat memastikan kemenangan
2-0 atas Jerman di babak semi final. Yang membuat gol ini terasa begitu
special adalah proses terciptanya gol serta finishing super ala Del
Piero. Di babak final Del Piero menjadi eksekutor ke 4 Azzuri pada saat
penalty shoot out melawan Perancis. Hasilnya Azzuri berhasil menjadi
juara dunia 2006, Del Piero is a world cup winner. Lengkap sudah
pencapaian prestasi Del Piero di dalam lapangan.
Saat tengah berlibur sambil menikmati
status sebagai juara dunia, Del Piero mendapat kabar mengejutkan dari
Italia. Persidangan kilat skandal calciopoli memutuskan Juventus akan
didegradasi ke Serie B dan harus menerima pengurangan 30 point. Selain
itu dua gelar scudetto Juventus musim 04/05 & 05/06 juga harus
dicabut. Mendengar kabar ini Ale sangat terkejut sekaligus marah. Bagi
Ale dua gelar scudetto Juventus yang dicabut secara tidak adil adalah
hasil jerih payah di lapangan. Hasil perjuangan dan pengorbanan seluruh
elemen Juventus. Menghadapi kenyataan ini Ale segera kembali ke Vinovo
untuk segera mengambil sikap. Di saat Capello dan beberapa pemain pergi
meninggalkan Juventus, Ale sebagai kapten tim mengeluarkan pernyataan
yang sangat terkenal “Un vero cavaliere non lascia mai una signora!” atau “A true gentleman never leaves his lady!”. Sebuah pernyataan sikap setia yang mudah diucapkan namun sesungguhnya tidak mudah dipraktekkan.
Bermain di Serie B bagi seorang juara
dunia tentu terasa aneh bagi Ale. Kini tim hanya berlatih untuk
mempersiapkan satu pertandingan dalam seminggu. Pertandingan dimainkan di
siang hari. Hari minggu Ale hanya menganggur, karena
pertandingan di Serie B semuanya dimainkan pada hari sabtu. Saat makan
malam di hari selasa atau rabu Ale hanya bisa menyaksikan Liga Champions
dari televisi. Hal-hal seperti ini meski terkesan simple, tapi jika
dijalani sungguh tidaklah mudah. Namun demikian Ale mengaku tidak
menyesal membela Juventus di Serie B karena menganggap Juventus sebagai
sebuah keluarga, dimana apa yang terjadi terhadap klub, tim hingga
tifosi merupakan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pada 2007-08, Juventus kembali ke Serie A. Bagai bangkit dari kubur, Juventus mengamuk di awal musim. Juventus menggedor gawang Livorno 5-1, menaklukan Cagliari 3-2, menahan AS Roma 2-2, memecundangi Reggina 4-0, menekuk Empoli 3-0, dan menahan imbang juara bertahan Inter Milan 1-1.
Juventus pun kembali ke lajur juara setelah menundukkan AC Milan, Parma, Atlanta, dan Lazio. Juve memang tak berhasil memuncaki kompetisi, namun posisi ketiga tentulah sukses tersendiri untuk klub yang baru saja promosi. Bahkan, mampu meraih gelar top skorer melalui kaptennya, Alessandro Del Piero yang membukukan 21 gol sepanjang musim.
Setelah
memberikan banyak hal kepada Juventus selama 19 tahun kariernya,
kontrak Del Piero yang habis pada akhir musim 2011-2012 tak
diperpanjang. Banyak yang menyesalkan, mengingat dia sudah menjadi idola
dan ikon Juve. Namun, Juve tetap tak memberi tambahan kontrak sehingga
ia pindah ke klub Liga Australia (A-League), Sydney FC.
Pada pertandingan terakhirnya bersama Juve, suporter memberi sambutan luar biasa. Seolah, mereka tak ingin kehilangan dirinya. "Apa yang terjadi di Turin pada pertandingan terakhirku bersama Juventus sangat menyentuhku. Aku mencoba tetap tenang, tapi sangat penting menyadari bahwa aku telah mencapai impianku," kata Del Piero kepada surat kabar olahraga Italia, Corriere della Sera.
Pada pertandingan terakhirnya bersama Juve, suporter memberi sambutan luar biasa. Seolah, mereka tak ingin kehilangan dirinya. "Apa yang terjadi di Turin pada pertandingan terakhirku bersama Juventus sangat menyentuhku. Aku mencoba tetap tenang, tapi sangat penting menyadari bahwa aku telah mencapai impianku," kata Del Piero kepada surat kabar olahraga Italia, Corriere della Sera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar